MENJAGA DIRI DARI PERBUATAN ZALIM
Oleh: Musthofa, S.H.I., M.H
(Hakim Pengadilan Agama Bajawa)
Marilah kita langitkan puja dan puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga pada siang ini kita masih diberikan nikmat Islam, Iman dan Ihsan. Duduk rendah melafalkan asma suci-Nya. Tegak berdiri menyaksikan kebesaran-Nya. Bersujud penuh harap di hadapan-Nya.
Shalawat dan salam marilah bersama-sama kita persembahkan kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi pembawa lilin cahaya. Memecah gelapnya dunia. Menggelar karpet harapan, untuk merai ridho-Nya. Nabi penutup para Nabi dan Rasul. Kelak memberikan syafaatnya kepada semua ummatnya yang selalu berbuat adil dan memerangi kezaliman.
Semoga keselamatan senantiasa Allah limpahkan kepada keluarga beliau, para sahabat dan segenap umatnya yang istiqomah terhadap ajarannya hingga hari kiamat. Marilah kita tingkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Berusaha dengan maksimal melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Berkomitmen menjadi hamba yang menebar keadilan, bukan menebar kezaliman dan penindasan.
Sesungguhnya agama Islam menjunjung tinggi prinsip keadilan. Keadilan merupakan salah satu dasar berprilaku dan ber-Islam. Kehadiran Islam bukan sekedar ritual menyembah Allah. Melainkan kehadirannya merupakan respon terhadap kedzaliman dan penindasan. Dari sejarah kita dapat belajar bagaimana para nabi diturunkan. Para nabi diutus dengan job description atau tugas memerangi segala bentuk kezaliman dan penindasan. Untuk menciptakan kemakmuran, kesejahteraan berikut kedamaian dan ketenangan di tengah-tengah kehidupan manusia.
Saat Nabi Ibrahim A.S diutus, beliau memerangi raja Namrud yang zalim. Begitu pula dengan Nabi Musa A.S, saat diutus oleh Allah, melawan kezaliman dan penindasan oleh Raja Fir’aun. Ketika Nabi Muhammad SAW diutus, memerangi kezaliman dan kejahiliahan kaum Qurays.